Postingan

Babak Baru: Sastra Purwakarta Mau Gitu-gitu Aja?

Gambar
Karya: Iqbal Amrullah Ibrahim | Kategori: Esai SEBUL -  "Anjing, komunitas naon deui ieu?" Itulah salah satu kalimat yang akan saya dengar kemudian hari, baik dari teman sendiri maupun komunitas lain yang tidak saya kenal sama sekali anggota-anggotanya. Ngomong-ngomong soal dunia literasi, di Purwakarta ada satu nama yang selalu diucapkan oleh (segelintir) pegiat literasi: Farid Nyimpang. Nama itu selalu saja saya dengar ketika saya bertanya kepada rekan-rekan pegiat literasi di luar Purwakarta. Pegiat literasi di Subang, Karawang, Bandung, bahkan Yogyakarta, selalu menyarankan saya untuk menemuinya kalau-kalau saya ingin memperdalami Sastra. Hati berbisik untuk menemuinya. Namun, sebelum bertemu dengannya, tentu saya cari terlebih dahulu tentang sosoknya itu. BINGO! Saya menemukan bahwa Farid Nyimpang bukan berarti anak bernama Farid (30) hidupnya Menyimpang, melainkan ia adalah pendiri komunitas literasi yang bernama Nyimpang.com (entah kenapa dinamai nyimpang, saya tidak

Mahasiswa Sia Teh?

Gambar
  Karya:  Iqbal Amrullah Ibrahim  | Kategoti : Esai SEBUL -  Mau-tidak mau, suka-tidak suka, percaya atau tidak, yang namanya mahasiswa (saat ini) bukan makhluk intelektuil. Disadari atau tidak, mereka yang mengaku dirinya sebagai mahasiswa adalah manusia bodoh yang berlaga serba tahu. Yap, betul! Saya adalah salah satu dari mereka. Sifat angkuh, pun kebiasaan serba tahunya itu bukan semata-mata mereka bego dan tak gemar membaca, akan tetapi hal itu terjadi karena rasa malas akut yang mereka derita. Meski mereka mengidap penyakit akut, mereka tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai mahasiswa. Mahasiswa — disadari atau tidak — menanggung beban sosial. Mereka dianggap oleh khalayak sebagai manusia yang BERPENDIDIKAN TINGGI yang bisa menyalurkan aspirasi-aspirasi masyarakat kepada para Pejabat Pemerintah. Hemat kata, mahasiswa (pada awalnya) adalah penyambung lidah rakyat. Karena adanya stigma seperti itu dari masyarakat, maka mereka mau-tidak mau harus muncul sebagai sosok yang (ber